[Hanya Laut]
Aku, laut yang mengejar pantai tapi tak pernah sampai. Maju menantang karang lalu mundur teratur. Aku berbahasa dengan desau gelombang dan debur ombak, berharap kamu kelak akan memahami isyaratku. Kamu, karang yang diam tanpa memahami bahasa ombak. Tiap gelombangku adalah belai perhatian yang tak bisa kutorehkan lama-lama. Kamu tetap kokoh bertahan sebagai dirimu, bisikan angin lautku luput dari telingamu. Dia, matahari yang jauh berada di atas aku dan kamu. Ia menumbuhkan bunga-bunga dan pohon rindang di atas punggungmu, membuat bayangmu menyembunyikan senyum saat ia terbit dari Timur. Kamu mewujud siluet indah saat matahari turun ke peraduannya, malu-malu menyentuhmu setiap sore. Dan aku hanyalah laut, yang menampung muara air mata para hati yang patah. ―K.